Keberhasilan mendirikan suatu usaha bukan hal yang sangat mudah dalam menjalaninya. Semua butuh proses untuk mencapai kesuksesan, bukan semudah membalikkan telapak tangan. Dari penelitian ternyata dapat dikembangkan untuk menjadi suatu lahan bisnis. Lalu bagaimana sebenarnya cara agar penelitian kita dapat tumbuh kembang menjadi suatu bisnis? Ibarat pepatah sekali dayung dua pulang terlampaui.
Ada 7 langkah yang akan diulas untuk membangun sebuah perusahaan berbasis teknologi berdasarkan pengalaman di Astoetik yaitu: 1) Pematangan Ide, 2) Pembentukan Great Team, 3) Survei / Riset Pasar, 4) Pendanaan Usaha/ Funding & Mentoring, 5) Perlindungan & Penguatan Produk melalui HKI & Sertifikasi, 6) Pemasaran, dan 7) Pengembangan Bisnis Lanjut atau Exit Strategy.
1) Pematangan IdeIde memang sulit untuk dimunculkan. Namun kita dapat memunculkan ide apabila di sekitar kita terdapat masalah yang harus ditemukan solusinya dan kita peduli terhadap permasalahan tersebut. Astoetik muncul karena permasalahan kompor batik yang dulunya menggunakan bahan bakar minyak, sekarang muncullah ide untuk pembuatan kompor batik yang menggunakan listrik.
2) Pembentukan Great TeamSetelah ide muncul, maka berikutnya yang penting dilakukan adalah mencari partner yang dapat bekerjasama untuk mengembangkan produk. Team ini sangat penting apalagi bagi startup karena banyak hal yang harus dilakukan dan sangat sulit untuk dikerjakan sendiri atau individu. Partner munculnya Astoetik merupakan 4 serangkai alumni mahasiswa UNY yaitu Nova Suparmanto, Aris Stiyawan, Rizky Hadi , dan Andik Asmara. Dalam team memang harus dilakukan kerjasama yang intensif, serta pembagian job nya pun juga harus jelas.
3) Survei / Riset PasarPerlu diadakannya survei pasar yang berarti produk akan diluncurkan kemana dan seberapa besar produk tersebut dibutuhkan oleh masyarakat. Melihat banyaknya industri batik di daerah Yogyakarta, maka Astoetik memang sangat diperlukan untuk melancarkan pengrajin untuk proses produksi batik. Selain itu sebagai seorang technopreneur juga harus memperhatikan market share, target pasar, dan profit yang diperoleh dari produk yang dijual.
4) Pendanaan Usaha/ Funding & MentoringSeperti halnya membangun sebuah rumah, berbisnis perlu membutuhkan fondasi awal sebagai akses memulai usaha yang akan dibangun. Modal yang merupakan hal vital untuk dipertimbangkan bagi sebuah bisnis selain skala usaha, permintaan pasar, kompetitor, sumber dan tenaga kerjanya. Modal tidak hanya sekedar uang atau aset, tetapi juga bisa dalam wujud pengetahuan terhadap usaha tersebut, pengalaman, keberanian serta networking. Kendala terbesar yang sering dikeluhkan oleh para pemula bisnis yakni mendapatkan modal berupa uang atau aset. Keterbatasan modal yang dimiliki rupanya membuat para calon pengusaha kerap kebingungan harus kemana lagi harus mencari dana tambahan sebagai penyokong awal usaha mereka. Sebenarnya ada banyak sekali cara memperoleh modal usaha sesuai yang dibutuhkan. Dengan melihat berada pada skala kecil maupun menengah usaha yang akan dijalankan tersebut tentu dapat dengan mudah pula bisa menyesuaikan atau memilih sumber modal yang akan dipilih.
5) Perlindungan & Penguatan Produk Inovasi melalui HKI & SertifikasiSalah satu kelemahan produk yang dikembangkan oleh masyarakat Indonesia adalah pada kualitas produk. Produk Indonesia terkesan tidak awet, cepat rusak dan sebagainya. Sehingga perlu pemahaman yang bagus untuk mengembangkan produk yang berkualitas.
Membuat suatu produk bukan hanya membutuhkan segi pandang dari 1 pihak selain pembuat, melainkan harus ada pihak lain. Sebagai contoh Astoetik, dalam mengembangkan dan menguji produk melibatkan para pembatik serta para akademisi atau ahli batik.
Selanjutnya setelah produk sudah bagus, namun produk tidak mempunyai suatu merk maka keamanan terhadap produk kurang terjaga. Dengan demikian sebelum melakukan pemasaran alangkah baiknya jika produk yang dibuat dilindungi oleh HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), minimal Merk Dagang.
6) PemasaranProduk telah dilindungi oleh HAKI, langkah selanjutnya ialah pemasaran. Untuk mencapai target maka perlu ditetapkan BEP (Break Even Point). Analisa BEP digunakan untuk menganalisis pada unit keberapa perusahaan tidak menerima rugi maupun untung.
7) Pengembangan Bisnis Lanjut atau Exit StrategyApabila pemasaran sudah berjalan lancar maka sebaiknya mensurvei kembali pasar dan membandingkan bagaimana kondisi masyarakat setelah adanya produk yang ditawarkan. Langkah terakhir ialah pengembangan bisnis, dimana pengembangan bisnis dapat diintegrasikan secara horizontal maupun vertikal. Secara horizontal disini berarti Astoetik mengembangkan produk kompor batik dengan versi lain. Saat ini pengembangan horizontal astoetik meliputi kompor cap listrik dan canting listrik. Sedangkan pengembangan bisnis secara vertikal ialah melakukan suatu diversifikasi dalam artian out dari zona nyaman. Astoetik merupakan produk kompor batik listrik, pengembangan secara vertikal dari Astoetik saat ini ialah memiliki Sanggar untuk pelatihan batik. Tidak menutup kemungkinan dimasa yang akan mendatang, Astoetik mungkin juga akan mendirikan homestay ‘Astoetik’ maupun restoran ‘Astoetik’.
Itulah beberapa review yang akan dibahas dalam buku “From Research to Technopreneur”. Referensi:- Pengalaman penulis
- Tulisan Oleh Afunia Bundha Lasera (Edited)